Thursday 19 April 2012

Makam Qin Shi Huangdi's (China)




Makam kaisar Tiongkok, Qin Shi Huang, disebut-sebut sebagai salah satu penemuan arkeologi terbesar abad ke-20. Sejarah mencatat, Qin Shi Huang merupakan kaisar pertama Dinasti Qin yang memimpin Tiongkok diantara periode 221 SM – 210 SM. Salah satu karya monumentalnya selain penyempurnaan konstruksi bangunan Tembok Besar China ialah pembangunan makam agungnya sendiri. Berbeda dengan Fir’aun Mesir Kuno, Cheops (Khufu) yang memilih untuk membangun sebuah Piramida Agung di Giza sebagai tempat peristirahatan terakhirnya, Kaisar Qin Shi Huang lebih memilih menjadikan makamnya bak sebuah Istana dengan penjagaan ribuan patung prajuritnya.


Makam sang kaisar memang begitu mempesona. Terdapat kurang lebih 8000 patung yang menggambarkan sosok para prajurit beserta kuda-kuda perang berdiri berjejer disepanjang makam. Yang lebih menarik lagi, semua patung-patung tersebut tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya baik itu bentuk pakaian, mimik wajah, model rambut, hingga persenjataan yang mereka bawa. Selain itu, mereka juga dibedakan oleh pangkat kemiliterannya seperti Jendral, perwira, hingga para prajurit biasa. Patung prajurit yang memiliki ukuran tubuh paling tinggi ialah yang berpangkat jendral.



                                    









                                  




                      






                           



Patung-patung yang disebut sebagai Prajurit Terracotta ini keselururuhan terbuat dari tanah liat yang dibentuk didalam cetakan. Tingginya pun bervariasi antara 183 – 195 cm. Untuk bagian kepala, dibuat secara terpisah dari bagian badan agar memiliki bentuk dan mimik wajah yang berbeda satu sama lain. Sementara bagian-bagian wajah seperti bibir, mata, dan telinga ditambahkan secara manual dan bentuknya disempurnakan oleh polesan tangan si pematung. Patung yang telah jadi kemudian dibakar agar dihasilkan konstruksi yang lebih keras dan kokoh. Untuk tahap akhir, dilakukan pengecatan walaupun kebanyakan patung kini catnya telah memudar.

                      

Sejak ditemukan oleh beberapa petani lokal diwilayah Xi’an, Propinsi Shaanxi, China ditahun 1974 silam, hingga kini masih terus dilakukan penggalian di sana. Para Arkelog memperkirakan masih banyak patung dan artifak-artifak lainnya yang masih terpendam. Mereka juga belum dapat memastikan berapa jumlah angka-angka penemuan ini akan terus bertambah. Kalkulasi terbaru menyebutkan, terdapat lebih dari 8000 patung prajurit, 130 kereta perang beserta 520 kudanya, serta 150 pasukan berkuda yang terdapat di tiga terowongan utama makam. Sungguh merupakan pemandangan yang menakjubkan mengingat baru satu persen dari keseluruhan bagian makam yang telah digali!

                    




Tidak semua harta benda dan perhiasan sang kaisar telah ditemukan. Konon, masih banyak harta benda berharga Kaisar Qin Shi Huang yang tersimpan disuatu bagian makam, dimana ditempat itu terpasang perangkap-perangkap yang dapat menembakkan anak panah secara otomatis kepada siapapun yang berani mengusiknya. Bahkan diyakini para pekerja yang memasang perangkap-perangkap tersebut turut dikuburkan hidup-hidup agar kerahasiannya tetap terjaga. Terdengar cukup menakutkan, bukan?

                  

Menurut sejarawan Sima Qian (145 – 90 SM), pembangunan makam agung kaisar Qin Shi Huang dimulai disekitar 246 SM – disaat usia sang Kaisar baru menginjak 13 tahun – dengan memperkerjakan kurang lebih 700.000 pekerja. Namun apa tujuan Kaisar Qin Shi Huang membangun semua ini? Faktanya, makam ini didirikan sebagai gambaran akan sebuah istana bawah tanah yang begitu besar dan mewah. Bahkan dikatakan ia adalah istana bawah tanah dengan struktur paling rumit dalam kemegahan dan fasilitasnya. Tiruan sungai yang terbuat dari air raksa serta langit-langit dengan hiasaan mutiara turut mempercantik istana. Kepercayaan di lingkungan kerajaan menyebutkan bahwa Kaisar Qin Shi Huang akan terus memimpin kerajaan dikehidupan berikutnya (alam baka/akhirat). Untuk itu ia membuatkan sebuah istana sebagai pusat kerajaan, lengkap beserta para bala tentaranya dan pegawai-pegawai pemerintahan.

                   









                                                           

Tembok Besar Cina




Tembok Raksasa Cina atau Tembok Besar Cina, juga dikenal di Cina dengan nama Tembok Sepanjang 10.000 Li¹ merupakan bangunan terpanjang pernah dibuat manusia, terletak di Republik Rakyat Cina. Tembok Raksasa Cina dianggap sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia.

Panjang tembok 6.400 kilometer (dari kawasan Sanhai di timur hingga Lop Nur di sebelah barat) dan tingginya 8 meter. Lebar bagian atasnya 5 m, sedangkan lebar bagian bawahnya 8 m. Setiap 180-270 m dibuat semacam menara pengintai. Tinggi menara pengintai tersebut 11-12 m. Untuk membuat tembok raksasa ini, diperlukan waktu ratusan tahun di zaman berbagai dinasti. Qin Shi-huang yang memulai pembangunan tembok itu, namun menurut penelitian dan catatan literatur sejarah, tembok itu telah dibuat sebelum Dinasti Qin berdiri, tepatnya dibangun pertama kali pada Zaman Negara-negara Berperang. Kaisar Qin Shi-huang meneruskan pembangunan dan pengokohan tembok yang telah dibangun sebelumnya. Sepeninggal Qin Shi-huang, pembuatan tembok ini sempat terhenti dan baru dilanjutkan kembali di zaman Dinasti Sui, terakhir dilanjutkan lagi di zaman Dinasti Ming. Bentuk tembok raksasa yang sekarang kita lihat adalah hasil pembangunan dari zaman Ming tadi. Bagian dalam tembok berisi tanah yang bercampur dengan bata dan batu-batuan. Bagian atasnya dibuat jalan utama untuk pasukan berkuda Cina.

Tembok Raksasa Cina dianggap sebagai salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia. Pada tahun 1987, bangunan ini dimasukkan dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO.




Pandangan bahwa Tembok Rasasa Cina merupakan bangunan kokoh dan besar tidak benar sepenuhnya, walapun beberapa bagian tembok yang didirikan oleh dinasti-dinasti kuno dianggap memiliki arsitektur megah dan mewakili tujuh keajaiban dunia. Menurut catatan sejarah, setelah tembok panjang dibangun oleh Ming barulah dikenal istilah "changcheng" ("tembok besar" atau "tembok panjang").Sebelumnya istilah tersebut tidak ditemukan.
Istilah Tembok Raksasa Cina dalam Bahasa Mandarin adalah "wanli changcheng", bermakna "tembok yang panjangnya 10 ribu li". Pada masa sekarang istilah ini resmi digunakan.Pemberian nama tembok dengan "panjang 10.000 li" telah menjadi kepercayaan bersifat nasional yang sudah tertanam dalam pikiran orang Cina yang mempercayai bahwa tembok tersebut "benar-benar sangat panjang".
Nyatanya, bagian-bagian yang dianggap populer dan "panjang" sebagai gambaran tembok besar hanyalah sebagian kecil yang diketahui, yaitu situs-situs yang dilestarikan sebagai situs UNESCO secara terpisah-pisah mulai tahun 1987.



                          7 Keajaiban Dunia






                                       
                                          






                                      

Monday 16 April 2012

Latar Belakang Pembakaran Buku Oleh Qin Shihuangdi

Dalam Dinasti Qin, perkara yang paling diketahui oleh kita ialah pembakaran buku yang dilancarkan oleh Qin Shihuangdi. Perkara ini juga dikenali sebagai " Membakar karya klasik dan mengebumikan cendekiawan ".
Dua  hal yang menjadi dasar alasan kuat untuk menghantam aliran Ru( cendekiawan pada masa itu ) yang sebagai sasaran utama adalah :
  1. Tidak adanya kata sepakat dari kalangan Ru mengenai bagaimana upacara Feng Shan.
  2. Pertentangan antara Li Si dan Chunyu Yue mengenai sistem pemerintahan.
Buku-buku yang bersifat ilmu pengetahuan tidak dilarang atau dibakar. Misalnya buku mengenai pertanian, siasat perang, perbintangan dan pengobatan.
Alasan Qin Shihuangdi tidak membakar buku-buku tersebut ialah :
  1. Zhou Yi atau Yijing tidak dilarang juga kerana berkaitan dengan gerak alam semesta.
  2. Para raja zaman dahulu termasuk Qin Shihuangdi melakukan ritual penghormatan kepada bintang-bintang. Hal ini juga disebutkan dalam buku-buku ramalan tentang keterkaitan manusia dengan Langit.
  3. Legitimasi kekuasaan. Orang China zaman dahulu percaya bahwa bintang di langit atau alam semesta ini memiliki keterkaitan atau hubungan yang mempengaruhi dengan manusia atau suatu dinasti. Qin Shihuangdi memerlukan legitimasi ini dari buku ramalan untuk membawa kerajaannya “diberkati” Langit.
  4. Buku ramalan zaman dahulu tidak sama dengan  buku ramalan zaman sekarang. Isinya penuh dengan pendapat mengenai alam dan pergerakan alam. Contohnya Yijing, isinya bukan mengenai ramalan sahaja, namun berkaitan dengan pergerakan langit untuk kebaikan dan tidak mengenal lelah karana raja haruslah sentiasa memajukan diri sendiri. Selain itu,  Langit adalah pemimpin atau induk dari segala mahluk, seperti juga raja merupakan pemimpin daripada rakyat, membuat Tianxia (  negara ) menjadi damai dan tenteram.
  5. Qin Shihuangdi juga seorang yang mempercayai dengan ilmu ramal.
Ketika Qin Shihuangdi berhasil menyatukan seluruh daratan, beliau memerlukan pengakuan daripada banyak pihak. Antara caranya ialah melakukan upacara Fengshan (  upacara pengakuan kekuasaan oleh para leluhur di gunung Tai ) seperti yang dianjurkan oleh Kong Zi. Tetapi sayangnya para pelajar Ru kerana tidak tahu bagaimana menjalankan upacara Fengshan sehingga Qin Shihuangdi marah dan membuat tatacaranya sendiri. Hal ini telah membawa kepada perkara " Membakar karya klasik dan mengebumikan cendekiawan ".

                                                            Pembakaran Buku-buku                                                      
                                                           Mengebumikan cendekiawan

Tuesday 10 April 2012

Latar Belakang Dinasti Qin ( Qin Shihuangdi )1

Umur dinasti Qin ini yang berhasil menyatukan China dari perpecahan dan peperangan antara negara sesungguhnya tergolong singkat, iaitu hanya dari tahun 221 - 207 SM atau hanya sekitar 14 tahun. Asal mulanya Qin merupakan salah satu dari tujuh Negara bagian terkuat pada akhir Dinasti Zhou. Meskipun usianya hanya singkat, namun dinasti ini memiliki beberapa arti penting bagi perkembangan budaya China untuk memahaminya dan mempelajari.
 
Qin Shihuangdi dilahirkan pada tahun 259 SM dengan nama Ying Zheng. Masa kelahirannya merupakan saat peperangan yang tidak ada putus-putusnya antara negara-negara yang ingin merebut kekuasaan tertinggi (disebut dengan "Masa Perang Antar Negeri" yang berlangsung dari tahun 475 - 221 SM). Ayahnya adalah Raja Zhuang Xiang dari Kerajaan Qin dan ibunya bernama Zhao Ji.
 
Semasa Qin Shihuangdi berumur 13 tahun, ayahnya meninggal dan beliau dinobatkan sebagai penguasa baru dari Kerajaan Qin. Pada mulanya Lu Buwei dan Ratu Zhao Ji memerintah sebagai wali, namun mereka terlibat skandal, jabatan sebagai wali raja itupun dihapuskan dari tangan mereka. Semenjak tahun 238 SM Zheng memerintah sendirian. Kerajaan Qin pada masa itu menganut ajaran legalisme (Fajia) dari Shang Yang, yang mengatakan bahwa pemerintah harus diperintah dengan keras. Shang Yang mengajarkan bahwa manusia pada dasarnya jahat dan harus diperintah dengan menggunakan kekerasan. Ia adalah penganut legalisme yang menekankan tentang pelaksanaan hukum dengan tegas sebagai landasan pembangunan negara, tetapi bukan bererti memerintah dengan kekerasan dan penindasan (teror) sehingga rakyat takut. Tegasnya pelaksanaan undang-undang ini tidak pandang bulu, bahkan ada bangsawan juga yang dihukum sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
                                                      

                                                                   Qin Shihuangdi
                                                                      Qin Shihuangdi

Sunday 1 April 2012

Latar Belakang Tamadun China

Tamadun China terletak di Lembah Hwang Ho dan meluas hingga ke bahagian selatan China. China merupakan salah satu tamadun berturusan yang tertua di dunia. Terdapat beberapa Dinasti yang telah wujud dalam sejarah tamadun China seperti Dinasti Xia, Dinasti Shang, Dinasti Zhou serta Dinasti Qin.
Antara Dinasti yang terdapat dalam sejarah Tamadun China, Dinasti Qin merupakan Dinasti yang paling terkenal dalam dunia kita.
                                                                   Lembah Hwang Ho
                                                            Orang-orang Tamadun China
                                                             Istana Maharaja China
                                                                   Lembah Hwang Ho